Wednesday, November 24, 2010

Naik Dango

Gawai Dayak merupakan satu-satunya peristiwa budaya Dayak yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun di kota Pontianak, Kalimantan Barat. Dalam gawai, selain acara inti yakni nyangahathn (pembacaan mantra), juga ditampilkan berbagai bentuk budaya tradisional seperti berbagai upacara adat, permainan tradisional, dan berbagai bentuk kerajinan yang juga bernuansa tradisional. Penyajian berbagai unsur tradisional, selama Gawai Dayak, menjadikannya sebagai event yang eksotis di tengah masyarakat perkotaan yang modern.

Friday, November 19, 2010

Dompeng

Liburan lalu juli 2010 tiba-tiba Mandor jadi rami. Bos-bos Dompeng nang dari Kampokng kami samua kaluar bamotor ka Mandor. Aku pun termasuk dari salah satu nang kaluar ka Mandor koa. Kami ka Mandor batujuan untuk nele' nele' kade' ada polisi nang mao' tama' ka kampokng kami. Kade ada nang Tama'a' kami langsung pulakng ka lokasi mataki' dangan nang karaja. Razia koa dikoordinir langsung dari provinsi, ntah sangahe truk polisi man brimob turutn ka Mandor mao ngarazia Dompeng. Ka Mandor ada 20an set masen nang ulih. Polisi sampe ngincakng tukang pikut dari Ponti sa truk. Tapi, masih na' mampu uga' mikut samua masen.

Wednesday, November 17, 2010

Cinta dan Nilai Kemanusiaan Suku Dayak

Mengungkap berbagai potensi dan ajaran kemanusiaan yang terpendam dalam raga dan keyakinan suku Dayak ini, maka selayaknya suku Dayak ini mendapatkan hak dan martabatnya untuk hidup sejajar dengan suku-suku lainnya di Indonesia, yang hidup bebas dan dihargai. Janganlah kita menebar cerita “stereotype” terhadap suku dan budaya Dayak yang selama ini dipandang rendah, hina, dibodoh-bodohkan dan dianggap sebagai “suku terasing” atau “primitif”

Ngayau alias Ngayo

Ngayau, merupakan tradisi kaum Dayak Iban pada suatu masa dahulu. Kini tradisi memburu kepala atau "ngayau" tidak lagi dilakukan sejak zaman penjajahan. Banyak pihak berpendapat bahwa, "lelaki iban yang berhasil memperoleh kepala dalam ekspedisi ngayau akan menjadi rebutan wanita" karena hal ini menunjukan bahwa lelaki tersebut memiliki keberanian dan satu jaminan kepercayaan bahwa lelaki tersebut mampu menjaga keselamatan wanita yang akan dikawininya.

Kategori Suku Dayak A-W, belum semuanya lho...

* Suku Dayak

Seni Tari Dayak Kutai

1. Tari Gantar
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.

Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

Weapons / Senjata Khas Utama Suku Dayak

Senjata Khas Utama Suku Dayak

Adat Istiadat diri' Dayak

Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.

Penguburan Suku Dayak

Tradisi penguburan dan upacara adat kematian pada suku bangsa Dayak diatur tegas dalam hukum adat. Sistem penguburan beragam sejalan dengan sejarah panjang kedatangan manusia di Kalimantan. Dalam sejarahnya terdapat tiga budaya penguburan di Kalimantan :

Nian ia: Totok Bakakak (kode) yang umum dimengerti Sukubangsa Dayak

1. Mengirim tombak yang telah di ikat rotan merah (telah dijernang) berarti menyatakan perang, dalam bahasa Dayak Ngaju "Asang".
2. Mengirim sirih dan pinang berarti si pengirim hendak melamar salah seorang gadis yang ada dalam rumah yang dikirimi sirih dan pinang.
3. Mengirim seligi (salugi) berarti mohon bantuan, kampung dalam bahaya.
4. Mengirim tombak bunu (tombak yang mata tombaknya diberi kapur) berarti mohon bantuan sebesar mungkin karena bila tidak, seluruh suku akan mendapat bahaya.
5. Mengirim Abu, berarti ada rumah terbakar.
6. Mengirim air dalam seruas bambu berarti ada keluarga yang telah mati tenggelam, harap lekas datang. Bila ada sanak keluarga yang meninggal karena tenggelam, pada saat mengabarkan berita duka kepada sanak keluarga, nama korban tidak disebutkan.
7. Mengirim cawat yang dibakar ujungnya berarti salah seorang anggota keluarga yang telah tua meninggal dunia.
8. Mengirim telor ayam, artinya ada orang datang dari jauh untuk menjual belanga, tempayan tajau.
9. Daun sawang/jenjuang yang digaris (Cacak Burung) dan digantung di depan rumah, hal ini menunjukan bahwa dilarang naik/memasuki rumah tersebut karena adanya pantangan adat.
10. Bila ditemukan pohon buah-buahan seperti misalnya langsat, rambutan, dsb, didekat batangnya ditemukan seligi dan digaris dengan kapur, berarti dilarang mengambil atau memetik buah yang ada dipohon itu.

Senjata Sukubangsa Dayak

1. Sipet / Sumpitan. Merupakan senjata utama suku dayak. Bentuknya bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 - 2,5 meter, ditengah-tengahnya berlubang dengan diameter lubang ¼ - ¾ cm yang digunakan untuk memasukan anak sumpitan (Damek). Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan telep adalah tempat anak sumpitan.
2. Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.
3. Telawang / Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2 meter dengan lebar 30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.
4. Mandau. Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.
5. Dohong. Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basir.

Dayak pada masa kini

Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni:[Kenyah-Kayan-Bahau],[Ot Danum],[Iban],[Murut],[Klemantan] dan [Punan]. Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-rumpun. Meskipun terbagi dalam ratusan sub-rumpun, kelompok suku Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu subsuku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang,hasil budaya material seperti tembikar,[mandau],sumpit,beliong(kampak Dayak), pandangan terhadap alam,mata pencaharian (sistem perladangan),dan seni tari. Perkampungan Dayak biasanya disebut:[lewu]/[lebu], sedangkan perkampungan kelompok suku-suku Melayu disebut:[benua]/[banua]. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah adat Dayak dipimpin seorang Kepala Adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda,tetapi di daerah perkampungan suku-suku Melayu tidak ada sistem kepemimpinan adat kecuali raja-raja lokal.

Menurut Prof. Lambut dari Universitas Lambung Mangkurat, secara rasial, manusia Dayak dapat dikelompokkan menjadi :
* Dayak [Mongoloid]
* Dayak [Melayu|Malayunoid]
* Dayak [Australoid|Autrolo-Melanosoid]
* Dayak [Heteronoid]

Pembagian sub-sub etnis Dayak

Dikarenakan arus migrasi yang kuat dari para pendatang, Suku Dayak semakin terdesak dan akhirnya memilih masuk ke pedalaman hutan. Akibatnya, Suku Dayak menjadi terpencar-pencar dan menjadi sub-sub etnis tersendiri.

Kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka.

Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh Kalimantan.[

Asal mula Suku DAYAK

Secara umum seluruh penduduk dikepulauan nusantara disebut-sebut berasal dari China selatan, demikian juga halnya dengan Bangsa Dayak. Tentang asal mula bangsa Dayak, banyak teori yang diterima adalah teori imigrasi bangsa China dari Provinsi Yunnan di Cina Selatan. Penduduk Yunan berimigrasi besar-besaran (dalam kelompok kecil) di perkirakan pada tahun 3000-1500 SM (sebelum masehi). Sebagian dari mereka mengembara ke Tumasik dan semenanjung Melayu, sebelum ke wilayah Indonesia. Sebagian lainnya melewati Hainan, Taiwan dan Filipina.

Suku Dayak

Dayak atau Daya adalah suku-suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, lebih tepat lagi adalah yang memiliki budaya terestrial (daratan, bukan budaya maritim) dimasa sekarang. Sebutan ini adalah sebutan umum atau kolektif karena orang Daya terdiri dari beragam budaya dan bahasa. Kata Dayak sendiri berasal dari bahasa Dayak Kanayatn, kenyah dan Dayak lainnya, yakni dari istilah kata " Daya" yang artinya daerah hulu.ketika ada orang lain yang menanyai seseorang yang hendak ke daerah hulu dengan kalimat seperti ini: Ampus Ka mane kau? maka akan di jawab oleh orang yang di tanyai sebagai berikut:Aku Ampus ka daya...yang artinya " pergi ke mana kau? aku pergi ke hulu". Di Malaysia Timur, dalam arti sempit, Dayak hanya mengacu kepada Dayak Darat sedangkan di Indonesia mengacu kepada suku Ngaju di Kalimantan Tengah, sedangkan arti yang luas suku Dayak terdiri atas 6 rumpun suku. Suku Bukit di Kalimantan Selatan dan Rumpun Iban. Penduduk Madagaskar menggunakan bahasa yang mirip dengan bahasa Maanyan, salah satu bahasa Dayak (Bahasa Barito).

Suku Dayak Meratus

Urang Bukit/Suku Bukit[1]atau Suku Dayak Bukit[2] adalah suku asli yang mendiami pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan, karena itu suku ini belakangan lebih senang disebut Suku Dayak Meratus, daripada "Dayak Bukit" sudah terlanjur dimaknai sebagai "orang gunung". Padahal menurut Hairus Salim dari kosa kata lokal di daerah tersebut istilah 'bukit' berarti bagian bawah dari suatu pohon' yang juga bermakna 'orang atau sekelompok orang atau rumpun keluarga yang pertama yang merupakan cikal bakal masyarakat lainnya'. Adapula yang menamakan sebagai Dayak Banjar, artinya Dayak yang berasal dari daerah Banjar yaitu Kalimantan Selatan.

Populasi suku Dayak Bukit di Kalimantan Selatan pada sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 35.838 jiwa, sebagian besar daripadanya terdapat di kabupaten Kota Baru yang berjumlah 14.508 jiwa.

Suku Bukit juga dinamakan Ukit, Buket, Bukat atau Bukut. Suku Bukit atau suku Dayak Bukit terdapat di beberapa kecamatan yang terletak di pegunungan Meratus pada kabupaten Banjar, kabupaten Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, kabupaten Tapin, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kota Baru.
Menurut Cilik Riwut, Suku Dayak Bukit merupakan suku kekeluargaan yang termasuk golongan suku (kecil) Dayak Ngaju. Suku Dayak Ngaju merupakan salah satu dari 4 suku kecil bagian dari suku besar (rumpun) yang juga dinamakan Dayak Ngaju.

Mungkin adapula yang menamakan rumpun suku ini dengan nama rumpun Dayak Ot Danum. Penamaan ini juga dapat dipakai, sebab menurut Tjilik Riwut, suku Dayak Ngaju merupakan keturunan dari Dayak Ot Danum yang tinggal atau berasal dari hulu sungai-sungai yang terdapat di kawasan ini, tetapi sudah mengalami perubahan bahasa. Jadi suku Ot Danum merupakan induk suku, tetapi suku Dayak Ngaju merupakan suku yang dominan di kawasan ini.

Silsilah suku Bukit;

Suku Dayak (suku asal), terbagi 5 suku besar / rumpun:

* Dayak Laut (Iban)
* Dayak Darat
* Dayak Apo Kayan / Kenyah-Bahau
* Dayak Murut
* Dayak Ngaju / Ot Danum, terbagi 4 suku kecil:
o Dayak Maanyan
o Dayak Lawangan
o Dayak Dusun
o Dayak Ngaju, terbagi beberapa suku kekeluargaan (sedatuk) :
+ Dayak Bukit
+ Dayak Bakumpai
+ Dayak Berangas
+ Dayak Mendawai
+ dan lain-lain

Menurut Alfani Daud, suku Dayak Bukit sebagaimana suku Banjar, nenek moyangnya juga berasal dari Sumatera dan sekitarnya ( daerah Melayu). Karena itu bahasa Bukit dinamakan sebagai "Bahasa Melayu Bukit" (Bukit Malay).

Budaya Bukit

Suku ini dapat digolongkan sebagai suku Dayak, karena mereka teguh memegang kepercayaan atau religi suku mereka. Akan tetapi religi suku ini, agak berbeda dengan suku Dayak di Kalimantan Tengah (Suku Dayak Ngaju), yang banyak menekankan ritual upacara kematian. Suku Dayak Bukit lebih menekankan upacara dalam kehidupan, seperti upacara pada proses penanaman padi atau panen, sebagaimana halnya dengan suku Kanayatn di Kalimantan Barat. Suku Dayak Bukit juga tidak mengenal tradisi ngayau yang ada zaman dahulu pada kebanyakan suku Dayak.

Upacara ritual suku Dayak Bukit, misalnya "Aruh Bawanang" yang disebut juga Aruh Ganal. Tarian ritual misalnya tari Babangsai untuk wanita dan tari Kanjar untuk pria. Suku Bukit tinggal dalam dalam rumah besar yang dinamakan balai.

Balai merupakan rumah adat untuk melaksanakan ritual pada religi suku mereka. Bentuk balai, "memusat" karena di tengah-tengah merupakan tempat altar atau panggung tempat meletakkan sesajen. Tiap balai dihuni oleh beberapa kepala keluarga, dengan posisi hunian mengelilingi altar upacara. Tiap keluarga memiliki dapur sendiri yang dinamakan umbun. Jadi bentuk balai ini, berbeda dengan rumah adat suku Dayak umumnya yang berbentuk panjang (Rumah Panjang).

Suku Dayak Bukit menganal tiga kelompok roh pemelihara kawasan pemukiman dan tempat tinggal yaitu :

1. Siasia Banua
2. Bubuhan Aing
3. Kariau

Siasia Banua contohnya :

1. Siasia Banua Kambat
2. Siasia Banua Pantai Batung
3. Siasia Banua Kambat
4. dan sebagainya

Bubuhan Aing (= komunitas air) contohnya :

1. Bubuhan Aing Muhara Indan
2. Bubuhan Aing Danau Bacaramin
3. Bubuhan Aing Maantas
4. dan sebagainya

Kariau contohnya :

1. Kariau Labuhan
2. Kariau Padang Batung
3. Kariau Mantuil
4. dan sebagainya
Bahasa Melayu Bukit

Bahasa Dayak Bukit, menurut penelitian banyak kemiripan dengan dialek Bahasa Banjar Hulu. Ada pula yang menamakan bahasa Bukit sebagai "bahasa Banjar archais". Bahasa Bukit termasuk Bahasa Melayu Lokal yang disebut Bahasa Melayu Bukit (bvu).

Perbandingan hubungan suku Bukit dengan suku Banjar, seperti hubungan suku Baduy dengan suku Banten. Suku Banjar dan suku Banten merupakan suku yang hampir seluruhnya memeluk Islam, sedangkan suku Bukit dan suku Baduy merupakan suku yang teguh mempertahankan religi sukunya.


[sunting] Populasi Suku Bangsa Dayak Bukit

Populasi suku Dayak Bukit di Propinsi Kalimantan Selatan : 35.838 (BPS - sensus th. 2000)

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), populasi suku Dayak Bukit di Kalimantan Selatan berjumlah 35.838 jiwa, yang terdistribusi pada beberapa kabupaten dan kota, yaitu :

* 585 jiwa di kabupaten Tanah Laut
* 14.508 jiwa di kabupaten Kota Baru (termasuk Tanah Bumbu)
* 1.737 jiwa di kabupaten Banjar
* 836 jiwa di kabupaten Barito Kuala
* 112 jiwa di kabupaten Tapin
* 3.778 jiwa di kabupaten Hulu Sungai Selatan
* 3.368 jiwa di kabupaten Hulu Sungai Tengah
* 244 jiwa di kabupaten Hulu Sungai Utara (termasuk Balangan)
* 1.106 jiwa di kabupaten Tabalong
* 7.836 jiwa di kota Banjarmasin
* 1.728 jiwa di kota Banjarbaru
referensi: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Meratus

Sunday, November 14, 2010

TV OnE

Powered by www.tvone.co.id
(Double click pada layar TV untuk fullscreen, klik stop untuk berhenti)



jadwal acara dan situs resmi TV ONE www.tvone.co.id

sobat vs dayak

ahe bedanya?
secara fisik si amper sama boh dayak ba sobat. soalnya menurut pelajaran sejarah, diri' dayak nian de'enya berasal dari cina uga'. http://pangalimadayak.deviantart.com/
kade' istilah sejarahnya koa protomelayu.Tapi ngahe status ekonominya dah lea langit man tanah? koa ia masalahnya guys. aku sampat ngomongan nian man ayukng ku nang urakng sobat. Ia nian mantan direktur nokia Indonesia. Pertama, aku batanya, ahe sabab urakng sobat manyak nang sukses ekonominya? Jawab: karena urakng sobat koa kerja keras. kedua, ahe beda kerja keras urakng sobat man urakng pribumi? Jawab: dalam bukunya Steven Covey, ada dua urakng nang nabakng kayu ka' Uma nya masing-masing. Umanya nian basamakatn. nang seko' nian dari alapm sampe gumare' nabakng tarus nana' baranti. nang lain nian nabakng sabantar duduk agi, nabakng sabantar duduk agi'. tapi pas dah gumare', nang nabakng tarus nian tadi tabangannya saebet dari nu' nang duduk salarat nian tadi. lalu ia batanya; "ngahe pula tabangannyu labih manyak daripada nu'ku?", jakatanya, "Kao si nele' aku duduk maan, padahal pas tagah duduk koa aku ngasah kapak ku supaya tajapm agi',". lekoalah kira-kira bedanya kerja keras urakng sobat man urakng pribumi yukng. jadi, menurutku si, kade' diri' karaja karas, ame matahatn tulakng gila', nae makin jara idup, makanya diri' perlu be a creative one for every life corner. udah dolo' boh curita diri' ari nian yukng. mao' ngaraja tugas kuliah hehehehe...

Thursday, November 11, 2010

kamuda' diri'

ampeatn nian jaman dah sia' "edan" kata urakng jawa.
sia' manyak kamuda' diri' nang bagago' identitas. tapi pajalanan bagago' identitas koa sasat, salah maraga.
kamuda' basaing sae nang paling paling gaul, make narkoba, balapan, manyaklah pokoknya. susah dibataki' kade' buke' sadar dari dalapm diri' babaro tiap kamuda'. seandainya ada tampat patamuan, atau pangkalatn jakata diri' nang bisa mengalihkan kamuda' diri ngaraja hal-hal positif secara kooperatif. hmm...